Pacuan Kuda: Tradisi Balap Bergengsi yang Digemari di Seluruh Nusantara

Rohmat

Joki asal Jawa Barat, Dedi Suawanto (kiri), bersaing ketat dengan joki dari Aceh, Suwardi (kanan), dalam perlombaan pacuan kuda kelas B-1.850 meter pada ajang PON XXI Aceh-Sumut 2024 yang berlangsung di Arena Pacuan Kuda Belang Bebangka, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Kamis (12/9/2024).

Pacuan kuda telah lama menjadi salah satu tradisi yang banyak digemari di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu wilayah yang sangat erat kaitannya dengan tradisi ini adalah Aceh, khususnya di kawasan Dataran Tinggi Tanah Gayo.

Setiap tahunnya, Tanah Gayo menyelenggarakan pesta rakyat dengan tajuk pacuan kuda tradisional Gayo. Saat acara ini berlangsung, masyarakat setempat berbondong-bondong memadati Kota Takengon untuk menyaksikan kemeriahan perlombaan.

Bahkan, dalam perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) beberapa waktu lalu, pacuan kuda menjadi salah satu cabang olahraga yang paling banyak menyedot perhatian penonton.

“Di Sawah Lunto, di Takengon, olahraga nomor satu bukan sepak bola, tapi pacuan kuda. Saat PON bahkan penonton (pacuan kuda) hari pertama sebesar 70 ribu orang, dan hari kedua mencapai 100 ribu orang,” ujar Ketua Umum PP Pordasi, Aryo Djojohadikusumo, ketika ditemui kumparan beberapa waktu lalu.

Sayangnya, meskipun pacuan kuda begitu populer di beberapa daerah, olahraga ini kurang diminati di Jakarta dan sekitarnya. Salah satu kendala utamanya adalah terbatasnya arena pacuan kuda yang memadai, sehingga tradisi ini tidak berkembang pesat di kawasan Jabodetabek.

Sebagai upaya untuk meningkatkan minat terhadap pacuan kuda, Sarga.Co, sebagai pelopor ekosistem pacuan kuda di Indonesia, meluncurkan kalender event pacuan kuda nasional tahun 2025 dengan mengusung tema “The Race of Rising Stars”.

Dalam kalender tersebut, sepanjang tahun 2025 akan digelar 10 kejuaraan pacuan kuda berskala nasional, serta lima festival musik yang akan berlangsung di berbagai kota di Indonesia.

VP Marketing & Operation Sarga.Co, Kevin Jonathan, menyatakan bahwa kalender event ini dihadirkan untuk membentuk gaya hidup baru bagi masyarakat Indonesia. Ia menekankan pentingnya mengembangkan pacuan kuda menjadi bagian dari kebiasaan yang dinikmati oleh masyarakat luas.

“Kalau misal kita lihat di Jepang, Hong Kong, Singapura, Malaysia, kalau misalnya orang ngomongin horse racing, kaya orang Indonesia kalau weekend ngomongin ke bioskop. Kita ingin seperti itu. Kita pelan-pelan akan create new lifestyle itu sendiri,” tutur Kevin di kesempatan yang sama.

Rangkaian kejuaraan pacuan kuda “The Race of Rising Stars” akan mencakup Grand Nasional Indonesia, Piala Tiga Mahkota Seri I, Piala Raja HB Cup X, Kejurnas Pacu Kuda Seri I Indonesia Derby 2025, Kejurnas Pacu Kuda Seri II Piala Ketua Umum PORDASI, Jateng Derby, Paku Alam Cup, serta beberapa kompetisi menuju Grand Nasional Indonesia.

Kejuaraan-kejuaraan tersebut dijadwalkan berlangsung dari Februari hingga Desember 2025 di berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Yogyakarta, Salatiga, serta beberapa lokasi di Pulau Sumatera dan Sulawesi.

Selain menghadirkan kejuaraan pacuan kuda, Sarga.Co juga akan menggelar Sarga Musik Spektakuler, yakni festival musik dan budaya yang menampilkan para musisi serta seniman ternama Indonesia. Acara ini akan diadakan sebanyak lima kali sepanjang tahun 2025.

“Bukan hanya untuk memeriahkan gelaran pacuan kuda, Sarga Musik Spektakuler kami harapkan dapat menghadirkan berbagai peluang untuk menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkas Kevin Jonathan.

Also Read

Tags

Leave a Comment