Gebrakan Baru! Korporasi Swasta Luncurkan Wahana Pendarat ke Bulan

Rohmat

Sebuah korporasi swasta kembali menggebrak eksplorasi luar angkasa dengan meluncurkan wahana pendarat ke bulan pada Rabu (26/2). Kali ini, target mereka adalah mendekati wilayah kutub selatan bulan, dengan sebuah pesawat nirawak yang dirancang untuk menyelami kawah gelap gulita yang tak pernah tersentuh sinar mentari.

Wahana pendarat besutan Intuitive Machines, yang dinamai Athena, sukses diberangkatkan oleh roket SpaceX dari Kennedy Space Center milik NASA. Athena mengambil jalur cepat menuju bulan dan dijadwalkan mendarat pada 6 Maret mendatang, sembari berharap dapat menghindari nasib nahas pendahulunya yang terguling saat menyentuh permukaan bulan.

Momentum ini mencatat sejarah baru, di mana belum pernah sebelumnya sejumlah besar wahana antariksa secara bersamaan diarahkan menuju permukaan bulan. Pada bulan sebelumnya, perusahaan asal Amerika Serikat dan Jepang meluncurkan wahana pendarat mereka secara terpisah dengan menggunakan roket yang sama, mengarah pada planet yang menjadi pendamping setia Bumi. Firefly Aerospace, perusahaan berbasis di Texas, diperkirakan akan menjadi yang pertama tiba pada akhir pekan ini setelah start awal yang menjanjikan.

Dua wahana pendarat asal AS tersebut membawa misi ilmiah bernilai puluhan juta dolar untuk NASA, sebagai bagian dari persiapan badan antariksa tersebut mengembalikan para astronot ke bulan.

“Ini saat yang luar biasa. Ada begitu banyak energi,” kata kepala misi sains NASA Nicky Fox kepada kantor berita Associated Press beberapa jam menjelang peluncuran.

Ini bukan kali pertama Intuitive Machines mencoba peruntungan mendarat di bulan. Tahun lalu, perusahaan yang berbasis di Texas itu mencatatkan pendaratan pertama AS di bulan setelah lebih dari lima dekade. Namun, misi tersebut mengalami kendala teknis saat instrumen pengukur jarak tak berfungsi, menyebabkan wahana mendarat dengan keras dan salah satu kakinya patah hingga terguling.

Belajar dari pengalaman tersebut, Intuitive Machines mengklaim telah mengatasi kendala itu serta memperbaiki puluhan masalah teknis lainnya. Mereka menegaskan bahwa pendaratan yang kembali terguling seperti misi sebelumnya akan menghalangi pesawat nirawak dan dua penjelajahnya untuk beroperasi. Bahkan, bor milik NASA memerlukan posisi tegak untuk menembus permukaan bulan dan mengumpulkan sampel tanah demi dianalisis.

“Tentu saja, kita kali ini akan lebih baik daripada sebelumnya. Namun, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi,” ujar Trent Martin, wakil presiden senior sistem antariksa.

Bulan menjadi arena eksklusif bagi segelintir negara. Hingga kini, hanya lima negara yang sukses mendaratkan wahana di sana selama beberapa dekade terakhir: Rusia, Amerika Serikat, China, India, dan Jepang. Sementara itu, permukaan bulan sendiri dipenuhi puing-puing dari beragam kegagalan misi terdahulu.

Athena yang memiliki tinggi 4,7 meter diprogram untuk mendarat sekitar 160 kilometer dari kutub selatan bulan. Tidak jauh dari lokasi pendaratan, hanya sekitar 400 meter, terdapat kawah legam — titik tujuan akhir bagi pesawat nirawak bernama Grace.

Nama Grace diambil untuk menghormati mendiang Grace Hopper, pelopor dalam bidang pemrograman komputer. Pesawat nirawak setinggi 1 meter ini akan melaksanakan tiga uji lompatan dengan jarak dan ketinggian yang semakin meningkat menggunakan pendorong berbahan bakar hidrazin. Perangkat navigasinya mengandalkan kamera dan laser.

Jika misi berjalan sesuai rencana, Grace akan memasuki kawah gelap yang diperkirakan memiliki kedalaman 20 meter. Peralatan ilmiah dari Hungaria dan Jerman akan melakukan pengukuran di dasar kawah sambil memburu keberadaan air beku.

Ini akan menjadi kesempatan pertama bagi para ilmuwan untuk mengamati lebih dekat kawah-kawah gelap yang menghiasi kutub bulan, baik utara maupun selatan. Mereka meyakini kawah-kawah tersebut menyimpan lapisan es yang melimpah. Jika benar, es ini berpotensi diolah oleh penjelajah masa depan menjadi sumber air minum, udara untuk bernapas, bahkan bahan bakar roket.

NASA menggelontorkan dana sebesar $62 juta kepada Intuitive Machines untuk mengangkut bor serta eksperimen lainnya ke bulan. Di sisi lain, Intuitive Machines memanfaatkan kesempatan ini dengan menjual ruang kargo di wahana pendarat mereka kepada berbagai pihak, termasuk berbagi wahana dengan roket Falcon.

Satelit Lunar Trailblazer milik NASA turut serta dalam misi ini. Satelit tersebut akan melanjutkan perjalanan menuju orbit bulan untuk memetakan distribusi air di permukaan bawah tanah bulan dalam beberapa bulan ke depan. Menariknya, penerbangan ini juga membawa wahana antariksa swasta yang bertujuan mengejar asteroid dalam misi terobosan penambangan asteroid.

Misi ini menjadi langkah penting menuju eksplorasi antariksa yang lebih jauh, sekaligus membuka jalan bagi inovasi masa depan dalam pemanfaatan sumber daya luar angkasa.

Also Read

Tags

Leave a Comment