Dalam perkembangan signifikan di ranah astrofisika, studi terhadap hampir 4.000 ledakan bintang telah mengungkap wawasan baru mengenai energi gelap serta laju perluasan jagat raya.
Supernova, yang merupakan peristiwa eksplosif pada penghujung siklus hidup sebuah bintang, selama ini menjadi tolok ukur dalam menentukan jarak antar-objek astronomi serta memahami evolusi kosmos.
Namun, penelitian mutakhir mengungkap bahwa supernova yang berasal dari bintang kerdil putih—yang sebelumnya diyakini memiliki pola ledakan seragam—sebenarnya menunjukkan variasi mekanisme yang tidak terduga. Hal ini mendorong komunitas ilmiah untuk meninjau ulang pemanfaatan supernova dalam kajian kosmologi.
Selama bertahun-tahun, ledakan bintang kerdil putih telah dianggap sebagai “patokan utama” dalam pengukuran jarak kosmis. Dengan asumsi bahwa tingkat kecerahannya bersifat konstan, para astronom memanfaatkannya untuk mengestimasi jarak antar benda langit serta menelaah dampak energi gelap dalam mempercepat ekspansi alam semesta.
Namun, riset terbaru mengindikasikan bahwa perbedaan dalam pola ledakan supernova ini lebih besar dari yang diduga sebelumnya, sehingga memunculkan pertanyaan terkait keakuratan metode pengukuran yang telah digunakan selama ini.
Kajian ini dilakukan berdasarkan pengamatan 4.000 supernova oleh Zwicky Transient Facility (ZTF), sebuah sistem survei langit berteknologi tinggi yang mampu melacak perubahan objek kosmik secara cepat dan mendalam. Data yang dikumpulkan dari observasi ini mengungkap bahwa ledakan supernova kerdil putih memiliki variasi signifikan, mulai dari yang nyaris tak terlihat hingga yang sangat terang dan bertahan dalam jangka waktu panjang.
“Berkat kemampuan unik ZTF dalam memantau langit dengan cepat dan dalam, kami dapat menemukan ledakan bintang yang hingga satu juta kali lebih redup dibandingkan bintang paling redup yang bisa dilihat dengan mata telanjang,” ungkap Prof. Kate Maguire, salah satu peneliti utama dalam studi ini.
Data ini mengungkap bahwa ledakan supernova dapat terjadi dalam beragam skenario, termasuk benturan dahsyat antara bintang hingga proses “kanibalisme” di sistem bintang ganda. Keragaman ini berimplikasi besar terhadap validitas supernova sebagai alat ukur jarak dalam kosmologi.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Astronomy & Astrophysics ini menunjukkan bahwa supernova kerdil putih tidak selalu berperilaku seragam. Sebelumnya, ilmuwan beranggapan bahwa semua ledakan ini mengikuti pola yang sama, namun hasil terbaru membuktikan bahwa tingkat kecerahan dan durasi ledakan bervariasi secara signifikan.
“Keragaman dalam cara kerdil putih meledak jauh lebih besar dari yang kita duga sebelumnya, dengan ledakan yang berkisar dari sangat redup hingga sangat terang dan bertahan lama,” jelas Prof. Maguire.
Penemuan ini membawa dampak besar bagi pemahaman ilmuwan tentang bagaimana supernova digunakan dalam studi kosmologi. Jika mekanisme ledakan supernova tidak selalu konsisten, maka alat ukur yang selama ini dipakai untuk menilai laju perluasan alam semesta mungkin perlu direvisi.
Hasil penelitian ini juga memengaruhi kajian energi gelap, sebuah entitas misterius yang diduga sebagai pendorong utama percepatan ekspansi kosmik. Selama ini, supernova dijadikan alat utama dalam meneliti efek energi gelap, namun jika ledakannya menunjukkan lebih banyak variasi dari yang diperkirakan, maka keakuratan metode ini bisa dipertanyakan.
Ketidakkonsistenan dalam ledakan supernova ini menghadirkan tantangan bagi skala kosmis, metode yang digunakan untuk menghitung jarak di jagat raya. Jika pola ledakan tidak seragam, metode ini mungkin harus disempurnakan atau bahkan digantikan dengan pendekatan lain guna meningkatkan presisi dalam pengukuran ekspansi alam semesta.
Penemuan tentang beragamnya ledakan supernova ini tidak hanya membuka peluang penelitian baru, tetapi juga menantang teori kosmologi yang telah mapan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai karakteristik supernova, para ilmuwan dapat menyesuaikan pendekatan dalam menelaah ekspansi jagat raya dan energi gelap.
Seiring dengan terus bertambahnya data dari Zwicky Transient Facility serta observatorium lainnya, diharapkan akan ada lebih banyak penemuan mengenai mekanisme ledakan bintang serta kontribusinya terhadap evolusi alam semesta.
Meskipun dampak temuan ini terhadap studi energi gelap masih dalam tahap eksplorasi lebih lanjut, satu hal yang pasti: alam semesta jauh lebih kompleks dan penuh kejutan dibandingkan yang kita bayangkan sebelumnya.
Dengan setiap penemuan baru, kita semakin dekat pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai kekuatan-kekuatan yang membentuk kosmos kita. Misteri energi gelap masih belum terpecahkan, tetapi melalui riset terhadap 4.000 supernova ini, kita selangkah lebih maju dalam mengungkap rahasia jagat raya.