Motor bekas sering kali menjadi solusi bagi mereka yang membutuhkan kendaraan namun terkendala dengan keterbatasan dana. Namun, berbeda dengan motor berbahan bakar bensin, motor listrik bekas cukup sulit ditemukan di pasaran. Mengapa hal ini terjadi? Berikut adalah beberapa alasan yang mendasari fenomena tersebut.
1. Populasi Motor Listrik Masih Terbatas
Jika kita melihat jumlah motor bensin yang sudah mencapai sekitar 130 juta unit di Indonesia, angka tersebut sangat kontras dengan populasi motor listrik yang hanya sekitar 75 ribu unit. Dengan jumlah yang masih terbilang kecil, tentu saja perputaran jual beli motor listrik bekas tidak sebanyak motor berbahan bakar fosil yang lebih umum digunakan. Seperti halnya menanti hujan di musim kemarau, kesempatan untuk menemukan motor listrik bekas di pasar juga tergolong langka.
2. Transaksi Motor Listrik Bekas Lebih Sering Dilakukan Secara Personal
Berbeda dengan motor berbahan bakar bensin yang biasanya diperdagangkan melalui dealer-dealer besar, motor listrik bekas sering kali dijual secara pribadi. Banyak pemilik motor listrik bekas memilih untuk menjualnya langsung kepada pembeli melalui berbagai platform marketplace. Ini membuat distribusi motor listrik bekas menjadi lebih terbatas dan tidak tersedia secara luas di dealer-dealer seperti halnya motor konvensional.
3. Popularitas yang Masih Terbilang Baru
Motor listrik mulai banyak dikenal di Indonesia sekitar tahun 2020, sehingga masih banyak orang yang memilih untuk menggunakannya dan belum berniat untuk menjualnya. Hal ini membuat motor listrik bekas masih jarang tersedia di pasar. Tak jauh beda dengan tren baru yang masih hangat, motor listrik kini lebih digemari dalam kondisi baru daripada yang sudah bekas.
Apakah Motor Listrik Bekas Masih Memiliki Nilai Jual?
Meski sudah digunakan, motor listrik bekas tetap memiliki nilai jual. Salah satu keunggulan utama motor listrik bekas adalah biaya pemeliharaan baterainya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan mobil listrik. Jika baterai motor listrik sudah menurun performanya, pemilik cukup menggantinya tanpa harus merogoh kocek yang terlalu dalam, berbeda dengan biaya penggantian baterai pada kendaraan mobil listrik.
“Pada prinsipnya, motor listrik kalau diganti baterainya ya segar lagi. Tapi kembali lagi, jenis motornya, ada motor-motor yang low dan high end. Kalau high end pasti sekennya orang mau beli. Apalagi kalau aftersales dan sparepart-nya terjamin. Karena ketika rusak, dia tetap bisa benerin,” kata Abdullah Alwi, Sekretaris Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI).
Alwi juga menambahkan bahwa motor listrik dari merek ternama yang memiliki layanan purna jual yang jelas akan lebih dicari. Pembeli cenderung merasa lebih aman karena ada jaminan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
“Jadi (tergantung) kualitas motor dan layanan purnajual. Kalau keduanya bagus, harga sekennya ya tetap terjaga lah, terlepas jatuh atau nggak (nilainya) ya tergantung hukum ekonomi,” jelas Alwi lebih lanjut.
Dengan kata lain, nilai motor listrik bekas sangat dipengaruhi oleh kualitas merek serta dukungan purna jual yang ada. Seperti halnya membeli barang bekas, rasa aman dan jaminan akan membuat harga motor listrik bekas tetap terjaga.