Bus masih menjadi salah satu moda transportasi utama bagi masyarakat, terutama saat musim mudik tiba. Namun, ada satu hal yang mungkin sering diperhatikan oleh para penumpang, yaitu mesin bus yang tetap menyala meski kendaraan sedang berhenti di rest area.
Banyak yang bertanya-tanya, mengapa sopir bus tidak mematikan mesin ketika sedang beristirahat? Ternyata, keputusan tersebut bukan tanpa alasan. Ada sejumlah faktor teknis dan operasional yang membuat bus harus tetap dalam kondisi hidup meski sedang tidak melaju di jalan raya.
Alasan Mesin Bus Tetap Menyala di Rest Area
Saat bus antar kota antar provinsi (AKAP) singgah di rest area, biasanya tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi penumpang dan kru untuk beristirahat sejenak, mengakses fasilitas toilet, hingga menikmati makanan yang telah disediakan oleh Perusahaan Otobus (PO). Meskipun berhenti, mesin bus tetap dibiarkan menyala karena alasan teknis yang berkaitan dengan kinerja mesin.
Dikutip dari akun Instagram Putera Mulya Sejahtera Official, para teknisi dan pengemudi bus menyebutkan bahwa mesin diesel modern kini telah dilengkapi dengan teknologi turbo. Turbo pada mesin diesel dikenal cukup sensitif jika sering dimatikan dan dinyalakan dalam waktu singkat.
Oleh karena itu, sebagian besar sopir memilih untuk tetap menyalakan mesin bus selama perjalanan, termasuk ketika berhenti di rest area. Mesin akan terus bekerja sejak keberangkatan hingga tiba di tujuan, guna menjaga performa kendaraan tetap optimal.
Suhu Mesin dan Sistem Pendingin Berperan Penting
Selain itu, ada faktor lain yang membuat mesin bus tidak boleh terlalu sering dimatikan, yakni kebutuhan kompresi dan suhu kerja yang stabil. Berbeda dengan mesin berbahan bakar bensin, mesin diesel memerlukan suhu panas tertentu agar dapat berfungsi dengan baik. Jika pemanasan tidak dilakukan secara merata dan aliran udara terhambat, maka kinerja turbo bisa terganggu.
Hal ini juga diamini oleh PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI). Namun, pihak HMSI menekankan bahwa ada beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
- Prosedur Menyalakan dan Mematikan Mesin Diesel
Mesin diesel memiliki prosedur khusus dalam hal menyalakan dan mematikan mesin. Saat mesin pertama kali dinyalakan, tidak boleh langsung digas. Sebaiknya, biarkan idle (langsam) selama 2-3 menit terlebih dahulu. Begitu pula saat akan dimatikan, mesin harus dibiarkan idle selama sekitar 5 menit sebelum benar-benar dimatikan. Hal ini bertujuan untuk memastikan turbo mendapatkan pelumasan yang cukup sehingga tidak cepat rusak. - Kebutuhan Suhu Kerja Mesin
Mesin diesel memiliki suhu operasional tertentu agar bisa bekerja dengan optimal. Oleh karena itu, pemanasan mesin sebelum beroperasi menjadi hal yang penting. Jika sering dimatikan secara mendadak, maka proses pemanasan ulang akan memakan waktu lebih lama dan dapat mempengaruhi efisiensi kerja mesin. - Kebutuhan Daya untuk Fasilitas di Dalam Bus
Tidak hanya soal mesin, alasan lain mengapa bus tetap menyala di rest area adalah untuk menjaga kenyamanan penumpang di dalam kabin. Mesin bus berfungsi sebagai sumber daya utama bagi sistem pendingin udara (AC) dan berbagai perangkat elektronik lainnya. Jika mesin dimatikan, AC juga akan ikut mati, menyebabkan suhu dalam kabin meningkat drastis, terutama di daerah tropis seperti Indonesia.
Selain itu, AC pada bus membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit untuk mendinginkan kabin secara optimal. Oleh karena itu, jika mesin dimatikan dan AC berhenti bekerja, penumpang yang tetap berada di dalam bus bisa merasa gerah dan tidak nyaman.
Kesimpulan: Efisiensi dan Kenyamanan Jadi Prioritas
Keputusan untuk tetap menyalakan mesin bus saat berhenti di rest area bukanlah tindakan yang boros bahan bakar, melainkan langkah yang bertujuan untuk menjaga keandalan mesin diesel sekaligus memberikan kenyamanan bagi penumpang. Dengan menjaga mesin tetap hidup, turbo tetap terlindungi, suhu kerja mesin tetap stabil, dan penumpang pun bisa menikmati perjalanan dengan lebih nyaman.