Ratusan Ribu Warga Berlin Turun ke Jalan, Tolak Ekstremisme Kanan

Rohmat

Setidaknya 160.000 orang turun ke jalan di Berlin pada Minggu (2/2), menurut laporan kepolisian. Massa tersebut menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan kaum konservatif Jerman yang dinilai menyimpang dari norma yang telah lama dianut dan cenderung mengarah ke ideologi sayap kanan yang ekstrem.

Menurut panitia aksi, jumlah peserta demonstrasi bahkan mencapai 200.000 orang. Mereka menyampaikan kritik tajam terhadap Uni Demokratik Kristen (CDU) yang dituding melanggar kesepakatan tak tertulis yang telah berlaku sejak berakhirnya Perang Dunia II. Kesepakatan tersebut menyatakan bahwa partai-partai arus utama tidak boleh berkolaborasi dengan kelompok berhaluan kanan ekstrem di tingkat nasional.

Aksi dimulai di depan Bundestag, gedung parlemen Jerman, dengan sebagian demonstran meneriakkan seruan seperti “CDU Memalukan” sebelum melanjutkan aksi mereka ke kantor pusat partai tersebut. Sebagian pengunjuk rasa lainnya menuduh CDU dan pemimpinnya, Friedrich Merz, telah melakukan “kesepakatan dengan iblis” dengan mencari dukungan dari partai ultra-nasionalis, Alternative for Germany (AfD), guna meloloskan rancangan undang-undang yang memperketat kebijakan imigrasi.

“(Kami ingin) membuat keributan sebanyak mungkin untuk menyerukan agar partai-partai yang menyebut diri mereka ‘demokratis’ melindungi demokrasi ini,” ujar salah satu demonstran, Anna Schwarz, kepada kantor berita AFP.

Perempuan berusia 34 tahun tersebut mengungkapkan bahwa ini merupakan kali pertama ia terlibat dalam demonstrasi politik. Ia merasa tidak bisa lagi bersikap apatis, karena menurutnya, situasi ini sudah terlalu genting untuk diabaikan.

Keputusan CDU yang berupaya mencari dukungan dari AfD dalam pemungutan suara di parlemen pekan lalu menimbulkan gejolak besar di Jerman. Kejadian ini semakin signifikan karena terjadi kurang dari sebulan sebelum pemilu federal yang krusial.

Dengan tindakan tersebut, Merz, yang unggul dalam berbagai survei menjelang pemungutan suara pada 23 Februari mendatang, telah melangkahi “garis batas” yang telah dipertahankan selama beberapa dekade sebagai bentuk penolakan terhadap ideologi Nazi Jerman yang kelam di masa lalu.

‘Mengkhawatirkan’

Dua partai ini berhasil meloloskan sebuah resolusi tidak mengikat pada hari Rabu sebelumnya, yang bertujuan untuk membatasi pergerakan warga asing yang tidak memiliki dokumen resmi di perbatasan, termasuk mereka yang mencari suaka.

Namun, pada hari Jumat, mereka gagal dalam upaya meloloskan rancangan undang-undang yang lebih ketat terkait kebijakan imigrasi. Meski demikian, fakta bahwa CDU dan AfD telah bekerja sama dianggap telah menodai kesepakatan lama.

“Hari Jumat saya sangat gelisah, saya menghabiskan hari itu dengan menyaksikan debat di Bundestag bersama teman-teman. Melihat langsung CDU berbicara lalu AfD memberikan tepuk tangan, dan sebaliknya, sungguh mengkhawatirkan,” ujar Oez, seorang demonstran yang enggan mengungkapkan nama lengkapnya.

Perempuan berusia 33 tahun yang menyebut dirinya sebagai “militan queer” ini mengaku merasa lega melihat banyaknya warga Berlin yang turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan mereka.

“Hari ini, kita harus menunjukkan bahwa jumlah kita yang membela demokrasi lebih besar dibandingkan mereka yang mencoba merusaknya,” tegasnya.

Also Read

Tags

Leave a Comment