Airlangga Hartarto Ungkap Indonesia Jadi Kekuatan Ekonomi Terbesar ke-8 di Dunia

Rohmat

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan pencapaian luar biasa Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedelapan di dunia. Keberhasilan ini didasarkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan keseimbangan daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) pada tahun 2024.

Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Indonesia mencatatkan PDB sekitar US$ 4,7 triliun, menempatkannya di posisi ke-8 dalam skala global.

“Jadi saat ini, Indonesia berada di urutan delapan di dunia. Itulah sebabnya Indonesia memasuki aksesi OECD,” kata Airlangga dalam sambutannya pada acara Indonesia Economic Summit by IBC di Shangri-La Hotel Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Indonesia juga berhasil menjaga stabilitas ekonomi dengan tingkat inflasi yang terkendali. Tahun lalu, inflasi tercatat sebesar 1,57%, sementara pada bulan ini berada di angka 0,76%. Faktor utama yang mendorong pencapaian ini adalah kebijakan pemerintah yang memberikan diskon 50% untuk tarif listrik bagi pelanggan dengan daya di bawah 2200 VA selama dua bulan.

Langkah tersebut berkontribusi pada posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat inflasi terendah di dunia. Selain itu, potensi resesi di Indonesia juga termasuk yang paling kecil dibandingkan negara lainnya.

“Indonesia adalah bagian penting dari belahan bumi selatan. Dan penting juga bagi OECD untuk memasukkan Indonesia agar OECD lebih inklusif,” ujar Airlangga.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5% serta inflasi yang terkendali, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonominya. Tingkat kemiskinan pun berhasil ditekan hingga kurang dari 10%, tepatnya 8,57%.

Selain itu, tingkat pengangguran berada di level 4,91%, sedangkan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) mencapai 51,9%. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga melampaui angka 127,2, dan Indeks Penjualan Riil tetap berada dalam zona positif.

“Jadi saya kira neraca ekonomi kita tetap positif. Neraca perdagangan kita positif selama 57 bulan berturut-turut dan surplus kita US$ 31 miliar, didorong oleh pertumbuhan ekspor,” kata dia.

Sektor ekspor turut berkontribusi terhadap capaian positif ini, di mana beberapa komoditas utama mencatatkan pertumbuhan signifikan. Ekspor nikel meningkat 17,3%, logam mulia naik 18,3%, sementara produk alas kaki dan pakaian jadi bertumbuh sebesar 10%. Data ini menunjukkan bahwa industri tekstil dan turunannya masih memiliki permintaan yang tinggi.

“Meskipun beberapa industri tidak dalam kondisi baik. Namun secara global permintaan tekstil dan hilirnya masih sangat tinggi,” ujar Airlangga.

Also Read

Tags

Leave a Comment